PRESS RELEASE DIANTAS “Polemik Kasus The King of Lip Service: Aspirasi Mahasiswa Dibungkam?”

Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat ilmiah yang memiliki tradisi berpikir logis, hipotesis (tidak memutlakkan kebenaran tunggal), dan empirik (berbasis data) mereka juga calon pemimpin bangsa di masa mendatang maka dari itu mahasiswa harus mempersiapkan diri layaknya seorang pemimpin ideal yang memiliki kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi dan memotivasi, serta mampu menjadi panutan dan teladan selain itu juga mereka mempunyai hak menyampaikan aspirasi dan kritik, sebab apa yang akan terjadi di masa depan ditentukan sejak hari ini.

Kritik yang baik adalah kritik yang disertai alternatif, bukan sekedar menyalahkan tapi juga memberi solusi. Terdapat sebuah pameo dalam logika "Hanya orang yang tau kebenaran yang berhak untuk menyalahkan. Orang yang tidak tahu mana yang benar tidak berhak menyalahkan”. Menyampaikan kritik juga harus berbasis data yang valid bukan berdasar atas pendapat personal atau pribadi.

Kritik dengan jalan memberi labelisasi pada individu seorang tokoh dapat menimbulkan multitafsir. Akan lebih baik jika kritik disampaikan dengan mengajukan data dan fakta yang akan lebih netral serta mampu dipertanggungjawabkan .Tidak dapat kita pungkiri bahwa peran gerakan mahasiswa sangatlah luar biasa dari waktu ke waktu,  terdapat berbagai pencapaian yang telah dicapai golongan mahasiswa yang perlu diikuti menjadi inspirasi bagi kita semua.

Meskipun  negara kita telah memiliki   sistem check and balances antar lembaga negara, masih terdapat celah atau kemungkinan  dimana antar lembaga saling bekerja sama menutupi kesalahan masing-masing. Maka dari itu, negara juga telah menyiapkan sistem kontrol yang lebih kuat yakni people control dengan memberi hak bagi masyarakat umum termasuk mahasiswa untuk menyampaikan kritik dan saran bagi para elit politik.

Permasalahan terjadi ketika gerakan mahasiswa  sekarang dinilai tidak kuat, tidak struktural, dan terfragmentasi. Terlihat dari sejumlah ancaman DO yang dilayangkan pada mahasiswa” yang  rajin memberi kritik pada pemerintah. Selain itu, mengutip pendapat dari  Prof Sulistyowati Irianto bahwa situasi kampus sedang kurang kondusif  dengan adanya para  akademisi yang menghamba pada penguasa. Akibatnya  akademisi menjadi malas dan oportunis hanya memikirkan  jabatan, gaji, dan tidak segan melakukan tindakan tidak terpuji.

Maka  dari itu, mahasiswa  perlu  menyusun prioritas   gerakan  dan  memperkuat jaringan gerakan  mahasiswa  agar  dapat menciptakan  alternatif-alternatif  baru. Mahasiswa harus bisa mendorong gerakan-gerakan kultural (creative minority)  layaknya organisasi   Budi  Utomo  yang merupakan gerakan literasi, diskusi, non konfrontasi tapi justru menjadi titik balik bagi kebangkitan nasional yang telah lama mengalami kolonialisme dan imperialisme

Indonesian